Wednesday, October 24, 2012

Warna -Warni Persahabatan....



Di suatu masa, warna-warna di dunia mulai bertengkar. Semua mengganggap dirinyalah yang terbaik yang paling penting yang paling bermanfaat yang paling disukai.
HIJAU berkata: ”Jelas, akulah yang terpenting. Aku adalah pertanda kehidupan dan harapan. Aku dipilih mewarnai rerumputan, pepohonan, dan dedaunan. Tanpa aku, semua hewan akan mati. Lihatlah ke pedesaan, aku adalah warna mayoritas…”

BIRU menginterupsi: ”Kamu hanya berpikir tentang bumi, pertimbangkanlah langit dan samudra yang luas. Airlah yang menjadi dasar kehidupan dan awan mengambil kekuatan dari kedalaman lautan. Langit memberikan ruang, kedamaian, dan ketenangan. Tanpa kedamaian, kamu semua tidak akan menjadi apa-apa.”
KUNING cekikikan: ”Kalian smua serius amat, sih? Aku membawa tawa, kesenangan, dan kehangatan bagi dunia. Matahari berwarna kuning, dan bintang-bintang berwarna kuning. Setiap kali kau melihat bunga matahari, seluruh dunia akan tersenyum. Tanpa aku, dunia tidak ada kesenangan.”
ORANGE menyusul dengan meniupkan terompetnya: ”Aku adalah warna kesehatan dan kekuatan. Aku jarang, tetapi aku berharga karena aku mengisi kebutuhan kehidupan manusia. Aku membawa vitamin-vitamin terpenting. Pikirkanlah wortel, labu, jeruk, mangga, dan pepaya. Aku tidak ada di mana-mana setiap saat, tetapi aku mengisi lazuar saat fajar/ saat matahari terbenam. Keindahanku begitu menakjubkan hingga tak seorangpun dari kalian akan terbetik di pikiran orang.”
MERAH tidak bisa diam lebih lama dan berteriak:”Aku adalah pemimpin kalian, aku adalah darah-darah kehidupan. Aku adalah warna bahaya dan keberanian. Aku berani untuk bertempur demi suatu kuasa. Aku membawa api ke dalam darah. Tanpa aku bumi akan kosong laksana bulan. Aku adalah warna hasrat, cinta, mawar merah, poinsentia, dan bunga poppy.”
UNGU bangkit berdiri setinggi-tingginya ia mampu; ia memang tinggi dan berbicara dengan keangkuhan. ”Aku adalah warna kerajaan dan kekuasaan. Raja, Pemimpin, dan para Uskup memilih aku sebagai pertanda otoritas dan kebijaksanaan. Tidak seorangpun menentangku. Mereka mendengarkan dan menuruti kehendakku.” Akhirnya…
NILA berbicara lebih pelan dari yang lainnya, namun dengan kekuatan niat yang sama: ”Pikirkanlah tentang aku. Aku warna diam. Kalian jarang memperhatikan aku, namun tanpaku kalian semua menjadi dangkal. Aku mempresentasikan pemikiran, refleksi, matahari terbenam, dan kedalaman laut. Kalian membutuhkan aku untuk keseimbangan dan kontras. Untuk doa dan juga untuk ketentraman batin.”
Jadi, semua warna terus menyombongkan diri , masing-masing yakin akan superioritas dirinya. Perdebatan mereka menjadi semakin keras. Tiba-tiba sinar halilintar melintas membutakan. Guruh menggelegar. Hujan mulai turun tanpa ampun. Warna-warna berkumpul bersama ketakutan, berdekatan satu sama lain mencari ketenangan.
Di tengah suara gemuruh, hujan berbicara: ”WARNA-WARNA TOLOL, kalian bertengkar satu sama lain, masing-masing ingin mendominasi yang lain. Tidakkah kalian tahu bahwa kalian masing-masing diciptakan untuk tujuan khusus, unik, dan berbeda? Berpegangtanganlah dan mendekatlah kepadaku!” Menuruti perintah, warna-warna berpengangan tangan mendekati hujan yang kemudian berkata: ”Mulai sekarang, setiap kali hujan mengguyur, masing-masing dari kalian akan membusurkan diri sebagai pengingat bahwa kalian smua dapat hidup bersama dalam kedamaian.
Pelangi adalah pertanda harapan hari esok. Jadi, setiap kali HUJAN deras menitik membasahi dunia, dan saat pelangi memunculkan diri di angkasa, marilah kita mengingat untuk selalu menghargai satu sama lain. Masing-masing kita mempunyai sesuatu yang unik. Kita semua diberikan kelebihan untuk membuat perubahan di dunia dan saat kita menyadari pemberian itu, lewat kekuatan visi kita, kita memperoleh kemampuan untuk masa depan..


 Persahabatan itu bagai pelangi:
Merah, bagaikan buah apel, terasa manis di dalamnya.
Orange, bagaikan kobaran api yang tak pernah padam.
Kuning, bagaikan mentari yang menyinari hari-hari kita.
Hijau, bagaikan tanaman yang tumbuh subur.
Biru, bagaikan air jernih alami.
Nila-lembayung, bagaikan mimpi-mimpi yang mengisi kalbu.
Ungu, bagaikan kuntum bunga yang merekah.


*Dari berbagai sumber*

No comments: