Renunganku hari ini :
2 Samuel 16:5-14
Truk sampah adalah truk yang digunakan untuk mengangkut sampah dari tempat-tempat ampah di pinggiran jalan raya menuju tempat pembuangan akhir.
Truk sampah seklu menebarkan aroma tak sedap di sepanjang jalan yang dia lalui.
Kadang-kadang, kalu terlalu penuhdan pekerja pemungut sampahnya bekerja seenaknya, maka beberapa sampah, khususnya sampah plastik berjatuhan bahkan berterbangan kemana-mana.
Kita bisa belajar sesuatu dari truk sampa,karena diisi bahkan dipenuhi oleh sampa, maka kemanapun truk itu berada, hanya aroma tak sedap yang dia sebarkan. Dipihak lain, tidak mungkin ada orang yang terus mau menampung bau tak sedap atau menerima sampah tersebut.
Demikian juga di dalam kehidupan kita, banyak orang yang hidupnya diisi bahkan di penuhi oleh "sampah".
Sehingga kemanapun dia berada, baunya hanya bau "sampah".
Sampah-sampah itu adalah kekuatiran, kegelisahan, kekecawaan, frustasi, kemarahan, kebencian dan dendam.
Sampah itu tidak mungkin disembunyikan dan semakin banyak dia menampung "sampah" maka dia semakin cepat membutuhkan tempat untuk membuangnya.
Oleh sebab itu, tidak heran kalu di jalan-jalan, "sampah-sampah" itu bisa berterbangandalam bentuk caci maki, pertengkaran dan perbuatan buruk lainnya. Kadang kitalah yang menjadi tempat pembuangan sampah-sampah itu.
Hanya karena motor yang kita kendarai hampir menabrak mobilnya yang tiba-tiba mengambil jalur kita, dia marah dan mengeluarkan caci-maki yang sulit di hentikan. Seorang ibu pun bisa marah-marah kepada sopir angkot karena uang kembaliannya kurang lima ratus rupiah. Bahkan tanpa sebab seorang penyeberang jalan juga bisa marah-marah kepada kita sekalipun dia yang seenaknya menyeberang jalan.
Tetapi sebagaimana orang tidak mau menerima sampah, demikian juga seharusnya kita tidak perlu menerima caci-maki dan kemarahan kepada itu di dalam hati kita. Jika kita menerimanya, maka lambat atau cepat kita juga akan membuang caci-maki dan kemarahan kepada orang lain.
Dalam hal ini Daud memberikan teladannya kepada kita. Ketika Simei mengutukinya, Daud berkata "Biarkanlah dia dan biarkan ia mengutuk...." Sedangkan Abisai malah bereaksi keras, "Mengapa anjing mati ini mengutuki tuanku raja? Izinkan aku menyeberang dan memenggal kepalanya."
Menariksekali sikap Daud, dia tidak menyimpan perkatan kutuk itu di dalam hatinya, tetapi dia mengharapkan sesuatu yang baik dari Tuhan untuk menggantikan perkatan kutuk tersebut. Cara seperti itu sedikit banyak menolongnya untuk sanggup melanjutkan perjalanan yang penuh perjuangan itu.
*Bodohlah seseorang yang menyimpan caci-maki dan kemarahan orang lain dalam hatinya, karena itu sampah*
(Sumber Manna Sorgawi)
No comments:
Post a Comment